Berita Jembatan Crimea di Rusia Serta PLTN Zaporizhzhia di Ukraina – Situasi antara Ukraina dan Rusia tidak kunjung membaik. Negara yang berdekatan ini masih dalam situasi panas sejak berbulan-bulan lalu karena adanya invasi dari Rusia ke wilayah Ukraina. Situasi tidak kunjung surut tapi justru semakin memanas lagi setelah adanya kejadian di akhir pekan ini. Kejadian tersebut adalah ledakan di Jembatan Crimea. Ini bukan suatu ledakan biasa karena peran dari jembatan ini sama sekali tidak biasa. Jembatan Crimea ini adalah suatu jembatan yang menghubungkan wilayah Rusia dengan Crimea. Crimea sendiri merupakan bagian dari wilayah Ukraina sebelum kemudian diambil alih serta bergabung dengan Rusia pada tahun 2014 silam. Guna memperlancar transportasi yang ada, Rusia pun membangun suatu jembatan yang melintasi Selat Kerch. Jembatan ini cukup panjang karena mencapai 19 km. Jembatan ini sekaligus menjadi jembatan terpanjang di Eropa.
Peran jembatan ini sangat penting bagi Rusia. Jembatan ini dibagi menjadi dua bagian utama untuk keperluan transportasi yang berbeda. Bagian pertama ditujukan untuk jalur kendaraan biasa. Lalu, bagian kedua difungsikan untuk jalur kereta. Jembatan ini menjadi jalur penghubung utama antara wilayah Rusia dan Crimea yang dulunya adalah bagian dari Ukraina. Jalur ini pun memegang peranan penting di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina karena jembatan ini menjadi salah satu jalur penting dalam mengirimkan pasokan logistik serta keperluan lainnya untuk pasukan Rusia yang sedang ada di Ukraina. Dengan terputusnya jembatan ini, sudah pasti pasokan pun menjadi terkendala dan jalur darat tidak sepenuhnya bisa diandalkan. Selain itu, jembatan ini menjadi jalur darat ke salah satu pelabuhan Rusia di Laut Hitam. Pelabuhan ini tidak sekedar menjadi pelabuhan umum tapi juga menjadi bagian dari pangkalan militer Rusia di Laut Hitam. Untuk jalur transportasi utama dari masyarakat pun, ini sangat penting perannya. Tidak heran bila kemudian Reuters melaporkan kalau sejak hari Minggu lalu, terjadi antrian kendaraan yang mengular cukup panjang.
Sampai saat ini, masih belum jelas terkait akibat utama dari ledakan tersebut. Namun, Putin langsung membentuk Komite Investigasi saat terjadinya ledakan tersebut. Dari investigasi serta laporan yang ada, sejauh ini disebutkan bahwa penyebab ledakan tersebut berasal dari truk yang sedang melintas di atas jembatan tersebut. Namun, saat truk mengalami ledakan, itu bertepatan juga dengan adanya kereta yang melintasi jalur di sebelahnya. Padahal, kereta ini membawa bahan bakar yang mudah terbakar. Oleh karena itu, ledakan pun tidak hanya menyebabkan kerusakan di satu lajur saja, tapi ledakan memicu kebakaran lainnya pada tubuh kereta sehingga ada dua bagian jembatan itu yang mengalami kerusakan. Hingga saat ini, CCN menyebutkan bahwa telah ada tiga korban meninggal akibat ledakan tersebut. Komite Investigasi menduga tiga korban jiwa tersebut adalah pengemudi yang saat terjadinya ledakan berada di jarak cukup dekat dengan truk tersebut. Karenanya, ketiga korban terkena dampak langsung dari ledakan.
Akibat dari hal ini, Reuters mengutip bahwa Putin menyalahkan Ukraina sebagai dalang dari ledakan serta kerusakan jembatan terpanjang di Eropa tersebut. Vladimir Putin tidak sekedar melimpahkan kesalahannya pada Ukraina saja, tapi sang presiden pun juga mengatakan bahwa ini adalah suatu bentuk tindakan terorisme yang menargetkan pada infrastruktur penting dari Rusia. Mendapatkan tuduhan tersebut, pihak Ukraina tidak menerima klaim itu serta menyatakan bahwa Ukraina bukan pelaku atau penyebab dari ledakan tersebut. Selain itu, pihak Ukraina justru melemparkan cemoohan serta ejekan pada Rusia atas terjadinya ledakan itu. Tidak mengherankan bila situasi pun kembali memanas karenanya.
Selain situasi jembatan terpanjang di Eropa tersebut, berita lain terkait konflik Rusia dan Ukraina pun muncul pula. Kali ini, berita tidak terkait wilayah atau kejadian di Rusia, tapi di Ukraina. Berita ini terkait dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN Zaporizhzhia. PLTN ini menjadi salah satu pembangkit listrik di Ukriana. Peran pembangkit listrik ini cukup penting karena menjadi salah satu pemasok sumber energi bagi sebagian wilayah di Ukraina. Status pembangkit listrik ini pun menjadi perhatian banyak banyak negara karena beberapa hal. Pertama, tentu saja karena ini adalah pembangkit listrik yang ditenagai oleh oleh reaktor nuklir sehingga ketika terjadi kesalahan atau masalah besar, reaktor bisa mengalami masalah serta radiasi nuklir dengan akibat yang mengikutinya bisa membawa situasi sulit bagi Ukraina dan negara di sekitarnya. Selain itu, PLTN ini merupakan PLTN terbesar di Eropa. Skalanya cukup besar sehingga ketika ada masalah, itu akan fatal pula akibatnya.
Saat ini, PLTN ini tidak lagi di bawah pengelolaan Ukriana. Ini karena militer Rusia sudah berhasil menduduki serta mengambil alih PLTN ini. Walau demikian, PLTN tidak langsung diberhentikan operasinya. Tim pekerja dan operator di dalamnya pun tidak digantikan oleh orang dari Rusia. Petugas serta operatornya masih merupakan orang dari Ukraina yang sebelumnya bertugas di sana. Selain itu, PLTN ini tidak bisa langsung benar-benar berhenti karena reaktornya masih aktif sehingga setidaknya tetap ada kontrol serta ada bagian untuk difungsikan sebagai pompa pendingin serta fungsi lainnya. Meski demikian, situasi sempat memanas usai terjadinya penembakan di PLTN ini yang menyebabkan pasokan listrik menjadi terkendala. Pompa pendingin darurat pun harus diaktifkan dengan bantuan dari diesel untuk sementara waktu agar reaktor masih tetap aman. Masalah ini dilaporkan langsung oleh IAEA atau Badan Energi Atom Internasional yang pada hari Sabtu (8/10) menyatakan bahwa PLTN ini kehilangan pasokan listrik karena adanya penembakan. Hal yang sama pun disampaikan oleh Energoatom selaku perusahaan nuklir Ukraina yang bertanggung jawab atas PLTN Zaporizhzhia ini. Dikutip dari Reuters, selama dua hari pompa pendingin aktif dengan bantuan diesel. Walau demikian, sekarang situasi sudah membaik karena kebutuhan listrik sudah mulai kembali lancar. Situasi ini pun memberikan kelegaan karena kondisi krisis dari ancaman bahaya nuklir sudah bisa terhindari.